Oleh : Alyuan Dasira
Dabo Singkep
Salah satu kementerian baru yang
saat ini disorot oleh masyarakat adalah menteri koordinasi Kemaritiman. Mengingat
adanya kementerian ini merupakan representasi dari visi kemaritiman yang gembor
dikemukakan Jokowi-JK saat masa kampanye. Visi maritim ini secara umum dapat dengan
jelas ditangkap arah dan tujuan yang ingin dicapai, yaitu menjadikan maritim sebagai sumber kekuatan utama untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Untuk mendukung visi kemaritiman ini, maka dibutuhkan SDM-SDM yang handal
dan berwawasan maritim. Tentunya SDM ini tidak datang dengan sendirinya, butuh
proses panjang. Untuk mempersiapkan SDM yang handal dan berwawasan maritim, perlu
adanya sinergi antara lembaga pendidikan seperti Perguruan Tinggi, sekolah
menengah dan lembaga lainnya yang sama sama membawa visi kemaritiman. Lembaga
lembaga ini hendaknya saling terintegrasi sehingga menciptakan linearisasi
pendidikan berwawasan maritim. SDM-SDM yang ditelurkan dari sistem pendidikan yang
linear dan berwawasan maritim inilah yang akan menjadi agent of change. Sebagai agent, SDM ini bertugas sebagai pondasi
negara untuk membawa dan mengarahkan masa depan demi tercapainya kesejahteraan dengan
memanfaatkan potensi maritim secara maksimal.
Tidak banyak Universitas atau Perguruan
Tinggi yang mempunyai visi yang jelas tentang maritim di Indonesia. Universitas
Maritim Raja Ali Haji (UMRAH) adalah salah satunya. Visi menjadi universitas
terkemuka di Indonesia berbasis kemaritiman memperkuat jati diri UMRAH sebagai
kampus maritim. UMRAH adalah universitas satu satunya negeri dan juga sebagai
ikon pendidikan dan kebanggan bagi masyarakat provinsi Kepulauan Riau. Universitas ini berdiri sejak tahun 2007 di
bawah payung hukum SK Mendiknas No 124/D/O/2007 di Tanjung Pinang, Ibu
Kota Provinsi Kepri. Melihat dari letak geografis Kepulauan Riau yang terdiri
dari sebagian besar laut (hampir 96% laut) dan terdiri dari pulau pulau serta
berbatasan dengan Negara tetangga Malaysia dan Singapura (alur pelayaran
internasional), pembangunan UMRAH yang berbasis maritim sangat tepat. UMRAH sudah
seharusnya menjadi garda terdepan dalam pembangunan SDM maritim bagi masyarakat
Kepulauan Riau secara khusus dan Indonesia.
Gambar1. Kampus UMRAH Tanjung Pinang
Jadi
tidak
salah jika kita berharap UMRAH menjadi « Institute of change » bagi
masyarakat di Kepulauan Riau dalam menghadapi tantangan era globalisasi.
Terlebih lagi tahun depan, tahun 2015 akan dilaksanakannya AEC (Asean Economic
Community) dimana ditandainya dengan terbukanya perdagangan barang, Jasa,
Investasi, modal dan tenaga kerja antara Negara Asia Tenggara. Sebagai Institute of Change, UMRAH berperan sebagai ujung tombak untuk mencetak sarjana
sarjana yang handal dan berwawasan maritim yang mampu sebagai benteng
pertahanan dalam AEC ini. Ini merupakan tugas dari segenap civitas UMRAH
dibawah nakhkoda Bapak Rektor dan tentunya dukungan masyarakat Kepulauan Riau.
Pengembangan
UMRAH yang lebih mengedepankan konsep pemanfaatan potensi kemaritiman daerah
mutlak diperlukan untuk proses akselerasi pembangunan manusia yang berwawasan
maritim. Jika kita merujuk kepada kampus kampus maritim dunia, seperti World Maritime University (WMU), yang
berada di Swedia, Shanghai Maritime
University (SMU) di China, Indian
Maritime University (IMU) di India dan Myanmar
Maritime University yang berada di negara Asia Tenggara, Myanmar, kita
dapat mengambil garis besar apa yang menjadi fokus bidang pengembangan pada
kampus maritim tersebut. Secara umum fokus universitas maritim tersebut ialah
pada pengembangan bidang teknologi perkapalan, managemen pelabuhan, hukum
kelautan, logistik dan transportasi laut, managemen pelayaran, dan energi maritim.
Dari rujukan ini, jelas dapat dilihat bahwa kampus kampus maritim di dunia
fokus pada pengembangan keilmuaan khusus di bidang maritim secara terintegrasi
dan menyeluruh. Ini bisa dijadikan bahan referensi untuk pengembangan UMRAH sebagai
kampus yang berbasis kemaritiman terintegrasi dan menyeluruh.
Gambar 2. Kampus Maritim World Maritime University (Swedia)
Gambar 3. Shanghai Maritime University, China
Menurut Prof Magakiansar
dan Prof Usman Pelly (1975), Pola pengembangan
universitas berbasis kemaritiman itu sendiri harus sesuai dengan pola ALKI
(Alur Lintas Kepulauan Indonesia). Seperti ALKI Laut China Selatan–Selat Sunda,
Jalur ALKI Selat Makassar–ke Selat Lombak Nusa Tenggara dan jalur ALKI Kawasan
Timur dari Laut Halmahera–Laut Banda dan Selat Ombai (NTT). Dari pengembangan
inilah muncul muncul kampus yang memiliki dasar dasar pengembangan ilmu
kemaritiman di Indonesia.
Gambar 4. ALKI Indonesia
Di Indonesia sendiri kampus
kampus yang memiliki karakter kuat maritim tidak cukup banyak dan tidak
menyeluruh. Tidak menyeluruh artinya pembangunan hanya terkotak kotak pada
salah satu bidang kemaritiman saja. Institut teknologi sepuluh nopember atau
yang lebih dikenal dengan ITS Surabaya, yang fokus pada pengembangan Teknologi
kelautannya, Universitas pattimura, Universitas Hassanuddin, Undip, serta ITB
dibidang kelautannya dan UI. Sebagai referensi Kampus World maritime University
(WMU) yang berada di swedia, kampus ini mempunyai bidang studi yang hampir
komplit di bidang kemaritiman dan tidak fokus hanya pada satu bidang bagian
maritim. Mereka mempunyai bidang studi dan pengembangan di Marine
Environmental Management, Maritime Administration: Law, Policy & Security,
Shipping & Port Management, Maritime Technology & Education, Maritime
Risk & System Safety, Maritime Energy. Ini bukan hal yang mustahil jika di Indonesia khususnya Kepri mempunyai kampus maritim
seperti WMU dan menjadi rujukan dunia mengingat Indonesia adalah negara Maritim
yang sangat besar. Belum adanya kampus maritim di Indonesia yang mengembangan
pusat studi kemaritiman secara menyeluruh menberikan UMRAH kesempatan
menunjukkan dirinya sebagai calon kampus maritim yang membawa visi kemaritiman
secara menyeluruh di Indonesia.
Gambar 5. Salah satu penelitian di Lab Kampus WMU
Terlepas dari hal ini, langkah UMRAH yang
membawa visi kemaritiman saat ini baru memiliki Fakultas Ilmu Kelautan dan
Perikanan (FKIP), Fakultas inilah yang mewakili visi kemaritiman di UMRAH. Namun
ini patut di apresiasi sebagai langkah maju untuk membangun kampus maritim UMRAH
kedepannya. Penguatan fakultas fakultas dan Pengembangan bidang studi kedepan
hendaknya lebih mengarah kepada bidang bidang kemaritiman dengan pola seperti
pada kampus kampus maritim rujukan. Dengan pola pembangunan kampus maritim
terintegrasi yang melengkapi kampus kampus basis maritim di Indonesia yang
masih terkotak kotak pada pengembangan bidang kemaritiman secara parsial. Percepatan
perencanaan dan pengembangan studi kemaritiman yang terintegrasi akan berdampak
pada pembangunan daerah Kepulauan Riau dan Indonesia Secara Langsung kedepannya.
Salam, 21 November 2014
Alyuan Dasira
Masyarakat
Maritim, Dabo Singkep, Kepulauan Riau
Alumni Teknik Sistem
Perkapalan ITS Surabaya dan ENSTA Bretagne
Tidak ada komentar:
Posting Komentar