Selasa, 07 April 2015

Konsep Wisata Bahari Oleh PELNI Untuk Negeri

Konsep Wisata Bahari Oleh PELNI Untuk Negeri
Alyuan Dasira
*Tulisan ini dimuat di Opini surat kabar Batampos, Senin 7 Maret 2015

        PT. PELNI (Perusahaan Pelayaran Nasional Indonesia) merupakan salah satu BUMN yang mempunyai bisnis inti di bidang penyediaan jasa angkutan transportasi laut yang meliputi jasa angkutan penumpang dan jasa angkutan muatan barang antar pulau. Saat ini, kekuatan armada PT. PELNI terdiri dari Kapal tipe 3000 pax sebanyak 1 armada, tipe 2000 pax sebanyak 9 armada, tipe 1000 pax dengan 9 armada, tipe 500 pax sebanyak 3 armada, kapal jenis Ropax sebanyak 1 armada, jetliner sebanyak 1 armada, kapal Roro sebanyak 2 armada. Dengan kekuatan Armada ini, PT. Pelni mampu untuk menyinggahi 92 pelabuhan di seluruh Indonesia. Hal ini sejalan dengan salah satu misinya yaitu mengelola dan mengembangkan angkutan laut guna menjamin aksebilitas masyarakat untuk mewujudkan wawasan nusantara.  Selain mempunyai bisnis yang bersifat komersial dengan melayari rute rute yang strategis, PT. Pelni juga diberikan tugas oleh pemerintah untuk melayani rute rute pulau pulau kecil terluar sesuai dengan Perpres N0.78 tahun 2005 tentang pengelolaan pulau pulau kecil terluar.

Gambar 1. Rute jaringan pelayaran nusantra Pelni 2006
            Di satu sisi data di lapangan menunjukkan bahwa armada armada yang dimiliki oleh Pelni tidaklah muda lagi, hampir 87 persen armada yang dimiliki berumur rata rata di atas 15-25 tahun, 22 persen berumur lebih tua lagi dan hanya 3 persen yang masih berumur dibawah 10 tahun. Peremajaan kapal tentunya membutuhkan biaya yang tidak sedikit, mengingat komponen komponen kapal sangat mahal terlebih lagi yang berhubungan dengan lambung kapal. Selain itu, ketersediaan suku cadang sistem permesinan yang telah tua tidak banyak tersedia di pasaran dan sangat sulit dicari. Oleh sebab itu, tidak jarang diperlukan orderan khusus yang notabenenya perusahaan harus meronggoh kocek lebih dalam lagi.

             Bertambahnya umur kapal tentunya akan berdampak pada menurunnya efisiensi. Efisiensi yang rendah akan berdampak pada biaya operasional yang tinggi. Sebagai gambaran, konsumsi BBM armada Pelni sehari saja menghabiskan sekitar 50.000 liter solar. Di satu sisi, perang harga jasa transportasi udara (low cost carrier) mulai membentuk paradigma masyarakat bahwa biaya transportasi udara lebih efektif dan efisien (ratio waktu/biaya) dari transportasi laut. Hal ini mengakibatkan sulitnya transportasi laut terutama jasa pengangkutan penumpang untuk mengimbangi jasa transportasi udara. Inilah salah satu yang mengakibatkan penumpang jasa transportasi laut dari tahun ke tahun mengalami penurunan. Selain itu, mengimbangi tingginya biaya operasional dengan menaikkan harga tiket bukanlah solusi yang tepat.

        Tingginya biaya maintenance dan operasional membuat Pelni harus berpikir keras untuk mendapatkan income lebih dari usahanya. Adanya subsidi berupa PSO (Public Service obligation) dari pemerintah tidak banyak membantu dalam menjadikan bisnis ini mandiri kedepannya. Salah satu tindakan jangka pendek yang bisa dilakukan untuk menekan biaya operasional secara praktikal adalah dengan mengatur pola operasional armada; mengatur kecepatan operasional armada kapal. Konsumsi bahan bakar akan berbanding kuadrat terhadap kecepatan operasional armada (Fuel oil consumption/FOC ≈ V2). Namun demikian, tindakan ini tidak sepenuhnya dapat menekan banyak biaya operasional secara signifikan, mengingat efisiensi armada yang sudah menurun.

             Bagaimanapun juga, Inovasi bisnis sangat diperlukan untuk menggenjot income Pelni sebagai badan usaha plat merah negeri ini. Terlebih lagi dalam beberapa tahun terakhir kondisi pendapatan Pelni tidak dapat dipungkiri mengalami raport merah alias merugi. Mungkin sudah saat Pelni menyuarakan misi barunya “ from minus to hero”.

        Inovasi dalam berbisnis mutlak diperlukan, untuk itu tidak ada salahnya jika Pelni berpikir untuk mengembangkan bisnisnya sebagai langkah untuk menangkap pangsa pasar yang lebih luas lagi. Konsep bisnis wisata bahari mungkin bisa jadi salah satu solusinya. Konsep ini bisa merupakan konsep konversi kapal penumpang menjadi kapal multifungsi; sebagai kapal penumpang dan kapal wisata. Armada yang ada dan telah ditentukan sedikit dilakukan modifikasi menjadi kapal yang bisa mengangkut penumpang sekaligus sebagai kapal wisata. Selain itu, bisa juga dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas sebagai kapal special service, misalnya digunakan untuk melayani charteran untuk acara resmi nasional, festival budaya nasional maupun family gathering. Kapal kapal yang memiliki umur yang cukup tua dan tidak produktif lagi bisa dikonversikan menjadi restoran maupun hotel terapung di pulau pulau wisata nusantara. Secara keseluruhan setidaknya ada tiga konsep wisata yang bisa dikembangkan.  

Gambar 2. Salah satu rute pelayaran Kapal Pelni KM. Sinabung

           Pertama adalah konsep kapal wisata. Seperti kita ketahui bahwa lonjakan penumpang hanya terjadi pada saat momen momen tertentu seperti; lebaran, natal dan tahun baru, serta liburan panjang sedangkan pada periode lainnya penumpang cenderung sepi.  Dari pertimbangan inilah, kegiatan wisata bisa dijadwalkan sesuai dengan periode dan destinasi yang sesuai. Pelni bisa merangkul dinas pariwisata, maupun dinas dinas terkait lainnya untuk merumuskan jadwal yang tepat untuk pelaksanaan pelayaran wisata. Wisata ini sangat cocok diterapkan pada kapal pelni yang masih “muda” atau yang masih aktif melayari pelayaran nusantara. Konsep design kapal ini tentunya disesuaikan dengan kapal yang ada dan tema wisata yang diangkat.

         Adapun konsep wisata ini telah dijalankan oleh Pelni. Kemasan wisata bahari Pelni dilaksanakan pada akhir tahun 2014 yaitu program paket wisata goes to Raja Ampat dan Wakatobi. Program ini menawarkan 2 destinasi wisata yang dikemas selama 3D2N (tiga hari 2 malam) dengan dilengkapi hotel terapung KM. Tatamailau sebagai akomodasi. Kemudian Let’s Go Wakatobi pada Desember 2014 selama 5D4N (lima hari empat malam) dengan Kapal Kelimutu. Kedepannya pemantapan konsep bisnis ini mengarah pada penjadwalan reguler, yang disesuaikan dengan event event budaya nasional lainnya. Jika digarap dengan professional, bukan hanya wisatawan dalam negeri saja, bahkan wisatawan mancanegara bisa dibidik menjadi pangsa pasar potensial.

          Kedua adalah konsep bisnis kapal special service. Ini lebih tepat diterapkan pada kapal yang berusia 15-20 tahun. Faktor kecepatan bukanlah yang penting dalam bisnis ini. Kenyamanan dan fasilitaslah yang perlu dipertimbangkan. Ada beberapa event yang telah diselenggarakan di atas kapal Pelni KM. Kelud seperti Workshop Service Leadership, BUMN Marketers Workshop IT-Itech BUMN. Untuk kedepannya, Kapal kelud bisa dipersiapkan untuk dijadikan sebagai kapal yang menyediakan special service; acara rapat, training, workshop, seminar, dan lain lain. Pelni sebagai penyedia jasa bisa bekerja sama dengan instansi instansi pemerintah maupun swasta untuk menawar paket bisnis ini.  

         Ketiga adalah konsep konversi kapal restoran. Konsep ini bisa dilakukan dengan mengkonversi kapal tua milik Pelni yang sudah tidak produktif lagi. Kapal yang sudah tua ini kemudian di konversi menjadi restoran-restoran terapung. Konversi kapal menjadi restoran terapung dari segi sistem sistem kapal hanya mengalihkan sumber utama kapal yang biasanya digunakan sebagai penggerak utama dialihkan menjadi sumber listrik untuk kebutuhan sebagai kapal restoran. Kapal restoran ini tidak perlu berlayar tetapi hanya ditambatkan di dermaga yang terintegrasi untuk mendukung fasilitas fasilitas wisata lainnya. Kapal kapal restoran ini banyak ditemui di sungai sungai di Negara Negara Eropa, seperti di sisi sisi sungai seine Prancis yang terintegrasi dengan objek wisata menara Eiffel. Pelni dalam hal ini bisa mengambil peran sebagai penyedia kapal restoran sebagai usaha untuk pemberdayaan kapal kapal tua pelni, sedangkan sebagai operator pelaksana bisa bekerja sama dengan pihak ketiga. Penjualan aset kapal kapal tua memang tidak selalu memberikan nilai rupiah yang banyak, oleh karena itu konsep bisnis konversi kapal restoran bisa dipertimbangkan menjadi konsep segar untuk Pelni dalam mengembangkan sayap bisnisnya.


Gambar 3. Restoran kapal di  sungai seine Paris, Perancis (veronicacloset.wordpress.com)
        
Ketiga konsep bisnis ini merupakan satu kesatuan untuk mendukung konsep bisnis baru Pelni yaitu bisnis usaha wisata bahari sejalan dengan program pemerintah yang menitikberatkan apda pembangunan sektor maritim. Kajian lanjut tentang kelayakan bisnis ini sangat diperlukan sebagai masukan stakeholder untuk mengembangkan Pelni kedepannya. Namun Pelni tentunya tidak melupakan tugasnya sebagai penyedia jasa angkutan laut Indonesia sesuai yang telah diamanatkan. Optimisme dari seluruh punggawa Pelni sangat dibutuhkan untuk menjadikan Pelni sebagai BUMN yang menyumbang pendapatan sekaligus sebagai media untuk memperkuat konektivitas antarpulau negeri ini.