Bonjour Agan agan, dalam kesempatan yang cukup sempit
dan ngenes ini saya mencoba menulis
kembali. Setelah sekian lama terombang ambing dalam kerasnya gelombang hidup,
akhirnya saya memutuskan untuk melabuhkan kapal kegalauan saya ke blog ini.
(versi puitis), hehehe.
Kali saya akan menulis
tentang perjalanan saya ke negara seberang yaitu Singapura (ref poto: quand j’etait a singapore) dengan photo
sedikit narsis tetapi tidak mengandung unsur anarkis, hehehe.
Kita mulai saja gan, dimulai
dari aku dan kamu (versi gombal tingkat
RT gan), perjalanan saya ke singapura bukanlah perjalanan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Perjalanan ini dimulai ketika saya ingin pulang ke
kampung halaman setelah menyelesaikan kegiatan saya di Surabaya. Nah, seperti
kegalauaan yang banyak dialami oleh banyak pemudik yang bermodalkan “Niat”,
permasalahan tiket pulanglah yang menjadi batu hadangan. Dan beruntungnya karena
modal niat ini jugalah akhirnya saya bisa jejak di negara yang terkenal dengan
cerita “singapura di serang todak*” (todak
adalah nama jenis ikan bisa di googling sendiri gan). Ikan ini bentuk
badannya panjang gan dan bundar, mulutnya muncung gan, dan warnanya agak
kebiruan. Kalau mau mancingnya pakai umpan ikan hidup gan, ngak usah pakai
pemberat (curhat gan, maklum bakatnya
jadi pemancing profesional gan, tapi kenyataannya jadi pemancing keributan
gan), hehe.
Mulai serius gan!!!!! Ouh
ya hampir lupa, sebagai latar belakang (kayak karya tulis),hehe perkenalkan
nama saya alyuan atau bisa dipanggil Iwan, ANAK asli Kepulauan Riau (KEPRI),
dan tentunya ANAK Ibu dan Bapak Saya, hehehe. Saya dilahirkan dan besar di
pulau yang sangat terkenal dengan kejayaan tambang timahnya yaitu pulau
SINGKEP. Masa kuliah saya saya habiskan di kota pahlawan surabaya.
Nah, to the point aja
ya,,,sebenarnya………..(versi surat cinta
jadul)…..Selesainya kegiatan saya di surabaya saya memutuskan untuk pulang
kampung ke Singkep. Seperti peserta mudik umumnya, hal pertama yang harus
dipersiapkan adalah media transportasi untuk pulang kampung. Hal ini sangat
penting sekali terlebih lagi bagi pemudik modal “Niat” seperti saya. Kenapa
saya menyebutnya dengan modal niat, karena dengan uang yang pas pasan hanya
niatlah yang bisa diandalkan, hehehe…tapi sisi positifnya disini lah ilmu
optimasi yang pernah menjadi tema skripsi saya diaplikasikan (hehehe sedikit
lebay BOY), ..dengan sedikit mengaplikasikan ilmu Linear Programming, dimana Objective Functionnya adalah minimum
cost (dengan biaya seminim mungkin gan)
untuk pulang dari surabaya ke batam dan dari batam ke pulau singkep. Sedangkan
konstrain atau batasannya adalah saya harus sampai di singkep dengan tepat
waktu. Begitulah BOY bahasa matematisnya, tapi bahasa ekonomis praktisnya, ya
pulang dengan SELAMAT dan HEMAT gan serta dapat tambahan jalan jalan, hehe.
setelah meRUNNING rumusan linear
programming ini maka dapat disimpulkan bahwa saya harus pulang lewat rute Surabaya-Singapura-Batam-Singkep.
Dibandingkan dengan rute lainnya rute ini memberikan nilai effisiensi 15,73222%
bla bla bla…..hehehe (gaya bahasa nulis tugas akhir gan).
Singkat cerita, dengan
berbekal passport dan tiket pesawat serta kebutuhan pangan (Roti) sekedarnya
sampailah saya di bandara juanda sidoarjo (tapi
terkenalnya bandara Juanda Surabaya). Ouh ya, saya juga berterima kasih
kepada mas Galih, sebagai transporter saya dari tempat saya tinggal selama
berdomisili di surabaya ke bandara juanda.
Ceritanya dipersingkat
lagi gan, sampailah saya di bandara Changi, dengan kata kata terakhir yang saya
ingat yang diucapkan oleh pramugari “selamat dating di bandara change
singapura, saat ini waktu setempat menunjukkan pukul ….suhu diluar saat
ini…celcius dan kelembaban…..%” dan kata pamungkasnya, TERIMA KASIH TELAH
MEMILIH TERBANG BERSAMA LION AIR…..(abaikan gan)….hehe
Langkah pertama saya
lakukan sesampainya disana, yaitu langsung mencari ATM untuk mengambil uang.
Kebetulan saya pakai bank MANDIR* yang mempunyai logo VISA, jadi saya langsung
mencari mesin ATM yang mempunyai logo VISA. Bagaimana dengan kursnya?, sebelum
kita mengambil uangnya maka muncul nilai kurs rupiah terhadap dolar singapura yang
telah disesuaikan oleh Bank OCBC di Singapuranya, jika kita setuju maka uang
langsung bisa kita terima. Jadi jangan takut pergi kenegara orang tanpa membawa
uang yang berlaku dinegara tersebut. Langkah pertama yang dilakukan jika kita
belum membawa uang yang berlaku ATM adalah solusi yang menurut saya terbaik.
Langkah kedua yang saya
lakukan adalah mencari tempat penitipan barang, nah, dengan sedikit berspekulasi
bahwa di pelabuhan harbour front terdapat tempat penitipan, maka saya berangkat
ke pelabuhan harbour front. Untuk berangkat dari bandara Changi ke harbour
front ada beberapa alternatif, salah satunya adalah TAXI, pilihan ini sangat
dihindari terutama bagi traveller modal niat seperti saya. Solusi yang terbaik
adalah naek transportasi public, karena selain murah juga terintegrasi. Lebih
lagi di Singapura sangat terkenal dengan MRT nya (Mass Rapid Transport). Setelah
menanyakan ke petugas MRTnya maka saya direkomendasikan untuk membeli tiket STP
(Singapore Tourist Pass). Ada beberapa jenis tiket yang bisa kita beli di loket
Passanger Service, tetapi di loket ini tidak menyediakan tiket STP, hanya tiket
yang sekali jalan maupun beberapa kali jalan. Ouh ya, tiket STP ini tiket yang
bisa digunakan untuk sepuasnya dalam 1 hari, dimulai dari jam 12 malam sampai
habisnya 12 malam lagi. Jadi jika kita ingin seharian berkelana maka sebaiknya
kita menggunakan tiket STP ini. Tiket ini bisa digunakan untuk semua jenis
transportasi, LRT, MRT dan BUS, tetapi tiket ini tidak bias digunakan untuk
pergi ke pulau sentosa, begitu sih keterangan yang saya dapat dari penjual
tiketnya. Tiket STP dapat dibeli di ticket office. Harganya 10 dolar singapure,
dan 10 dolar lagi buat jaminan, jadi kita harus bayar ke petugas 20 dolar. Jika
telah selesai menggunakan tiket ini maka kita bisa menggembalikan tiket ini ke
ticket office dan petugas menggembalikan 10 dolar ke kita.
Langkah ketiga yaitu
mempelajari sistem transportasinya dan mencocokkan dengan tujuan wisata kita.
Nah, setelah saya mengantongi tiket STP, saya langsung meminta peta jalur MRT
pada petugas. Selanjutnya langsung saja tanpa pikir panjang, saya pergi ke
harbour front sesuai dengan tujuan pertama saya yaitu mencari tempat penitipan
barang (berat juga gan barang saya). Sesampainya di stasiun, berkat petunjuk
yang ada di papan papan disekitar stasiun, saya diarahkan menuju ke suatu
tempat penitipan bagasi. Nah untuk menitip barang kita hanya butuh passport aja
utuk menitipkan barang dan tentunya bayar 3,2 dolar singapure per 3 jam
penitipan.
Setelah menitipkan
barang saya menggelandang jalan jalan di Singapura, tempat pertama yang saya
ingin kunjungi adalah Merlion Park (tempat terdapatnya patung singa nyemprot)
yang menjadi ikon singapura. Selanjutnya, tempat yang saya cari adalah mesjid.
Setelah berputar putar di stasiun MRT raffles place, akhirnya saya menemukan
mesjid yang terdapat dibawah gedung megah UOB. Mesjid ini didesain berada dibawah
tanah seperti layaknya konsep parkiran di mall mall. Fasilitas di mesjid ini
cukup bagus dan saya juga menyempatkan mengisi perbekalan minuman saya dari air
minum yang tersedia di mesjid tersebut. Jadi kalau mau ke Mesjid ini cukup
mengikuti putunjuk yang ada di stasiun MRT raffles place.
Selanjutnya, saya jalan
jalan ke Orchard Street, konon katanya di tempat ini terjadinya negoisasi antara
koruptor gayus tambunan dan petugas yang membujuk sang maestro untuk pulang ke
Indonesia. Nah, tempat ini sangat ramai sekali pengunjungnya, ada yang bilang
tempat terjadinya transaksi ekonomi internasional. Tetapi dari sudut pandang
saya sebagai orang awam, tempat ini sekilas hanya jalanan saja. Akan tetapi
yang membedakan tempat ini adalah terdapatnya butik butik kelas dunia dan
seniman seniman jalanan yang berkelas.
……….Dan akhirnya karena
hari sudah beranjak malam, saya putuskan untuk kembali ke stasiun harbour front
untuk pulang ke batam dan tidak lupa untuk menggembalikan kartu STP untuk
mendapatkan kembali 10 dolar singapura saya (lumayan gan). Harga satu tiket
untuk satu kali jalan dari harbour front singapura ke pelabuhan Batam centre
adalah 25 dolar singapure.
Konsep harbour front
ini menurut saya menggabungkan pusat belanja dan transportasi. Seperti hal nya
di Indonesia yang kita jumpai setelah pelabuhan tentu adalah pasar atau pusat
belanja. Tetapi di singapura sangat tertata rapi dan terintegrasi.
Banyak
hal yang bisa kita pelajari dari negara adidaya di asia tenggara ini. Dari
sistem transportasi, pariwisata, dan konsep perekonomiannya. Benar benar negara
yang maju. Apa karena SDA yang berlimpah ruah seperti indonesia? Atau karena
luasnya daerah singapura? Atau karena SDM nya yang pintar pintar dan visioner?.
Masalah ini tentunya masalah komplek. cara mudahnya kita bisa mempelajari
secara histori perkembangan ekonomi negara ini, sosio ekonominya maupun politik
ekonominya.
Satu
yang bisa saya petik adalah SDM lebih menentukan dari SDA. SDA yang melimpah
tanpa adanya SDM yang berkualitas, hasilnya adalah negara yang terbuai oleh
sejarah kejayaan. Sedangkan SDM yang berkualitas dengan SDA yang terbatas
menghasilkan negara adidaya.
Indonesia
kaya akan SDA adalah mata pelajaran anak SD yang menjadi dongeng indah semasa
jaman saya masih ingusan. Sementara SDM yang berkualitas moral dan intelektual
di indonesia adalah cerita khayalan tingkat gubernur dan kepala negara dalam
berkampanye.