Indonesia Sales Manager
Moteurs Baudouin (France)
+628111039614
Sebagai Insan perkapalan kita tentunya tidak asing lagi
dengan term IMO Tier I, Tier II, etc. Adapun term ini mengacu pada ketentuan
IMO (International Maritim Organization) tentang aturan pecemaran/polusi dari
Kapal. “International Convention on the
Prevention of Pollution from Ships”, yang dikenal sebagai MARPOL 73/78. Pada 27
September 1997, MARPOL Convention ini telah diamandemen dengan “1997 Protocol”,
yang mana telah ditambahkan Annex VI nya dengan titled “Regulations for the
Prevention of Air Pollution from Ships”.
Marpol Annex VI ini menetapkan batasan emisi NOx dan SOx dari
gas buang kapal dan melarang emisi dari bahan perusak ozon yang dihasilkan dari
gas buang kapal dengan tonnage kapal 400 GT keatas yang melakukan pelayaran ke pelabuhan
atau lepas pantai dibawah yurisdiksi negara negara yang telah meratifikasi
Annex VI tersebut.
Menurut INSA, Negara Indonesia
telah meratifikasi MARPOL 73/78 Annex VI yang melarang penggunaan
bahan bakar dengan kandungan sulfur melebihi 0,5%, baik yang
beroperasi di dalam negeri maupun luar negeri, melalui Peraturan
Presiden Republik Indonesia No. 29 tahun 2012. Sehingga Indonesia
wajib melaksanakannya. Pembatasan ini erat kaitannya dengan kadar Sox pada
gas buang yang dihasilkan oleh mesin Kapal dan peralatan lainnya. Solusi dari
ini adalah penyedian bahan bakar oleh pemerintah yang mengandung sulfur dibawah
0,5%.
Namun demikian, selain
pembatasan bahan bakar yang mengandung sulfur maksimum 0,5%, yang relevansinya
pada kadar Sox, pembatasan NOx pada gas
buang juga sangat krusial. Beda halnya jika Sox adalah focus pada bahan bakar
(Before treatment), Maka reduksi NOx fokus pada teknologi setelah pembakaran (aftertreatment).
Seperti yang kita tahu
sendiri, IMO Tier II, ini mengatur bahwa penurunan kadar NOx 20% lebih besar dari
IMO Tier I pada engine dengan power engine di atas 130 kw. Saat ini, marine engine
dipasaran Indonesia masih banyak yang bisa memenuhi sertifikasi untuk IMO Tier II.
Sedangkan untuk IMO Tier
III semakin difokuskan pada pembatasan kandungan NOx pada gas buang pada engine
lebih kecil diatas kadar IMO Tier II. Disisi lain, untuk bisa mendapatkan Tier
III, saat ini hanya bisa dengan menambahkan alat/system tambahan dengan
mengintegrasikan dengan system electronic engine. Oleh karena itu, tidak heran
jika hanya engine electronic saja yang bisa mengaplikasi IMO Tier III dengan
alat tambahan yang dikenal dengan nama SCR (Selective Catalytic Reduction).
Negara negara Maju seperti
USA, CANADA, EU bahkan sudah mulai menjalankan regulasi IMO Tier III di perairan
negara mereka. Mungkin saat ini belum jadi konsentrasi dari pemerintah
Indonesia, namun saat yang akan datang dengan tekanan dari global dan isu isu lingkungan,
tentunya mau tidak mau ini harus menjadi pertimbangan.
Sebagai tambahan
informasi, selain IMO Tier III yang kita kenal secara global, untuk negara USA
mereka mempunyai aturan sendiri tentang polusi ini yang mana diatur oleh badan U.S.
Environmental Protection Agency (EPA). Sama halnya dengan IMO Tier III, maka
EPA juga mengeluarkan aturan tentang emisi yaitu EPA Tier III/EPA Tier IV.
Untuk lebih lengkapnya mengenai perbebaan dari sisi regulasi dan aplikasinya,
dapat dilihat pada table perbandingan di
bawah ini.
Saat ini untuk menjawab
tantangan ini, Engine engine maker sudah mengeluarkan product product terbaru
dengan dilengkapi dengan teknologi tertentu untuk mendapat Klasifikasi IMO Tier
III. Salah satu teknologi yang digunakan oleh Engine Maker (Pabrik Pembuat Engine)
adalah dengan menerapkan teknology SCR (Selective Catalytic Reduction System).
Disini, penulis akan menjelaskan tentang Teknologi SCR,
dengan mengambil kasus dari pengembangan teknology oleh salah satu pembuat
engine dari France yaitu Moteurs Baudouin.
Sebelum itu, penulis akan terlebih dahulu mengenalkan sekilas
tentang Moteurs Baudouin. Moteurs Baudouin sendiri merupakan produsen dari
Mesin & genset Kapal yang berkantor pusat di Cassis, France. Mereka mulai Memproduksi
engine khusus kapal pada tahun 1918, atau lebih dari 1 Abad yang lalu. Dimulai
dari riset untuk Mesin kapal Nelayan di pantai selatan France.
Foto : Kunjungan penulis ke Baudouin Headquarters
Facility November Tahun 2019
Selective Catalyst Reduction System (SCR) adalah teknologi
atau system aftertreatment yang ditambahkan pada gas buang engine yang
bertujuan untuk menurunkan kadar emisi gas buang (NOx) dengan melewati proses
berkesinambungan menggunakan Urea (Amonia) sebagai agen pereduksi NOx Nya. Penggunakan SCR ini berpotensi untuk menurunkan
NOx sebesar 90% keatas.
Penggunaan SCR system ini bukanlah alat “just plug & play”,
lalu masalahnya akan selesai. Tentunya dengan menggunakan alat ini, juga mempunyai
efek dari segi efisiensi performance terhadap Engine, yaitu dengan menurunnya
beberapa parameters efisiensi performance engines. Namun demikian, Saat ini SCR
adalah proven teknology atau system yang banyak digunakan oleh stakeholder di sector
industry Marine.
Animasi diatas merupakan
gambaran singkat tentang cara kerja system SCR pada penerapannya di gas buang Kapal.
Inti dari system ini adalah penambahan Urea untuk bereaksi dengan gas buang
yang menghasilkan penurunan kadar NOx dengan system yang terintegrasi dengan
Engine.
System & Instalasi
Dalam Instalasi system SCR pada engine Baudouin ini, pada
umumnya bisa dibagi menjadi 2 komponen/System besar; Yaitu Reactor system & USD (Urea Dosing System). Reactor
system ini bertanggung jawab sebagai tempat terjadinya reaksi antara Gas NOx
& Urea, yang hasilnya beruba H20 & N2
Sedangkan 1 system besar lainnya adalah UDS (Urea Dosing
System), UDS ini bertanggung jawab dalam hal dosing urea (pengaturan dosis Urea)
yang akan di proses di reactor. Adapun system UDS ini meliputi Fluid Delivery
System (FDS) yang didalamnya terdapat Pompa, DCU (Dosing Control Unit) yang
diatur dalam integrasi program software. Oleh karena itu, saat ini system SCR
ini hanya bisa di Integrasikan dengan Electronic engine.
Sebagai engine maker yang terkenal dengan reliability &
Durability di industry marine, Baudouin dengan solution SCR nya juga memberikan
Flexibility & Compatness untuk SCR ini. Yaitu dengan dimensi produk Reactor
yang lebih compatible untuk dipasang di engine room dibandingkan competitor dan
Flexibility pemasangan SCR yang bisa di adopsi dengan berbagai kesulitan Engine
Room.
Compactness & Flexilibility
Faktor ini sangat menjadi concern untuk para Ship
consultant/Shipdesigner. Karena perlu diketahui, bahwa engine room (Kamar
mesin) kapal mempunyai space yang terbatas dan contrainst lainnya.
Maintenance :
Selain dari sisi Installation & Operation, Maintenance
adalah sisi yang sangat harus diperhatikan. Maintenance memegang peranan
penting dalam menjaga keberlangsungan bisnis didunia perkapalan. Dengan design
yang compatible dan Flexibity tujuannya tidak lain adalah untuk memudahkan
dalam maintenance selain dari sisi instalasi. Adapun Tindakan maintenance yang perlu
diperhatikan pada system SCR ini adalah :
Routine Check :
-
Catalyst
Cleaning (Removal of dirt/dust/Urea Cristallisation)
-
Penggantian
Filter Urea
-
Maintenance
Plan : 1-2/year, Inspeksi penuh setiap 5 Tahunan
-
Adanya
pintu Inspeksi Catalyst memudahkan untuk pembersihan secara periodic,
tergantung pada pengecekan rutinitas sehari hari
-
Tangki
Urea harus dicek dan diisi
Product Range :
Saat ini, tidak banyak engine maker atau brand lain yang memberikan
solusi pada product range engine dengan SCR system ini. Satu diantaranya yang
mempunyai range power yang cukup luas cangkupannya adalah Baudouin Engine. Engine Baudouin memberikan
solusi kepada stakeholder untuk range power dari 600 BHP – 815 BHP (dengan
engine 6 cylinder), dan 1200 BHP – 1650 BHP (dengan 12 Cylinder) untuk power
sebagai Main propulsion System. Sedangkan untuk auxiliary engine (fifi pump
application, etc) Range power 600 BHP & 1363 BHP. Untuk data lengkapnya bisa
dilihat pada table dibawah ini.
Reference :
Dalam pengambilan keputusan stakeholder untuk
pengimplementasian suatu product/teknologi, Faktor reference adalah hal yang
biasa menjadi salah satu factor pengambil keputusan. Sama halnya dengan SCR
teknologi. Engine Baudouin dengan system SCR ini sudah banyak di pasang
dibeberapa kapal didunia. 2 diataranya adalah kapal Charlotte Amalie (SEA EXPRESS
II) di Virgin Islands, USA dan Kapal Hornblower (INCAT Shipyard) di New York
Ciity, USA.
https://www.seacatships.com/design/29m-ferry/
youtube : https://www.youtube.com/watch?v=STkhHijaH3U
kapal ini dilengkapi dengan menggunakan 2 x engine Baudouin 12M26.3_1500-1650 BHP dengan SCR
system. Selesai Dibangun pada tahun 2019, dengan LOA 28M speed maksimum 30
Knots.
Selain itu, kapal pelayaran passenger ferries
ini juga menggunakan engine 12M26.3 dengan sertifikasi EPA IV. Saat ini
melayari penyebrangan di New york City, USA.
Perkembangan teknologi mesin kapal saat ini
sangat pesat. Selain fokus pada ke efisiensi dengan pengembangan engine engine
electronic, fokus pada isu lingkungan menjadi perhatian khusus para engine
maker. Saat ini negara negara maju sudah menerapkan peraturan khusus untuk
polusi; IMO Tier III, EPA III serta EPA IV, yang concernnya lebih berat pada
NOx dari gas buang Engine Kapal. Prediksinya, 10 tahun sampai 20 tahun kedepan penggunaan
SCR ini sudah menjadi hal yang wajib digunakan untuk sebagian besar kapal kapal
dunia. Untuk itulah, sebaiknya kita mempersiapkan segala sesuatu dari sekarang,
yaitu dengan mempelajari teknologinya maupun melakukan penerapan pada Kapal
kapal baru yang akan dibangun nantinya. Saya sangat open untuk berdiskusi atau
bertukar pikiran mengenai perkembangan engine Baudouin terhadap teknologi SCR
ini.
Salam,
Alyuan Dasira
·
Data yang disampaikan diambil dari berbagai sumber data Baudouin engine